Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut W.W.
Rostow
Teori Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow - Teori pembangunan ekonomi dari
Rostow ini sangat populer dan paling banyak mendapatkan komentar dari para
ahli. Teori ini pada mulanya merupakan artikel Rostow yang dimuat dalamEconomics
Journal (Maret 1956) dan
kemudian dikembangkannya lebih lanjut dalam bukunya yang berjudulThe
Stages of Economic Growth (1960). Menurut pengklasifikasian Todaro, teori Rostow ini
dikelompokkan ke dalam model jenjang linear (linear stages mode/).
Rostow pulalah yang membuat distingsi
antara sektor tradisional dan sektor kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal
dengan terminologi ‘less developed’, untuk menyebut kondisi suatu negara yang
masih mengandalkan sektor tradisional, dan terminologi ’more developed’ untuk
menyebut kondisi suatu negara yang sudah mencapai tahap industrialisasi dengan
mengandalkan sektor kapitalis modern.
Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan
ekonomi suatu negara, penekanannya terdapat pada keseluruhan proses di mana
masyarakat berkembang dari suatu tahap ke tahap yang lain. Tahap-tahap yang
berbeda ini ditujukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel kritis atau
strategis yang dianggap mengangkat kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk
perubahan dan transisi menuju tahapan baru yang berkualitas. Teori ini secara
mendasar bersifat unilinear dan universal, serta dianggap bersifat permanen.
Pembangunan, dalam arti proses,
diartikan sebagai modernisasi yakni pergerakan dari masyarakat pertanian
berbudaya tradisional ke arah ekonomi yang berfokus pada rasional, industri, dan
jasa. Untuk menekankan sifat alami ‘pembangunan’ sebagai sebuah proses, Rostow
menggunakan analogi dari sebuah pesawat terbang yang bergerak sepanjang
lintasan terbang hingga pesawat itu dapat lepas landas dan kemudian melayang di
angkasa.
Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap
sebagai kondisi suatu negara yang ditandai dengan adanya: a) kemampuan konsumsi
yang besar pada sebagian besar masyarakat, b) sebagian besar non-pertanian, dan
c) sangat berbasis perkotaan.
Sebagai bagian teori modernisasi, teori
ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan
mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi menganggap bahwa teori pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh terbaik
dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori modernisasi’.
Menurut Rostow, proses
pertumbuhan ekonomi bisa dibedakan ke dalam 5 tahap :
1.
Masyarakat tradisional (the traditional
society),
2.
Prasyarat untuk tinggal landas (the
preconditions for take-off),
3.
Tinggal landas (the take-off),
4.
Menuju kekedewasaan (the drive to
maturity), dan
5.
Masa konsumsi tinggi (the age of high
mass-consumption)
Dasar pembedaan tahap pembangunan
ekonomi menjadi 5 tahap tersebut adalah: Karakteristik perubahan keadaan
ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi.
Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau
proses transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen
merupakan suatu proses yang multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya
berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh
menurunnya peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor industri
saja.
Menurut Rostow, disamping perubahan
seperti itu, pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang
menyebabkan antara lain:
·
perubahan orientasi organisasi ekonomi,
politik, dan sosial yang pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi
berorientasi ke luar.
·
perubahan pandangan masyarakat mengenai
jumlah anak dalam keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi
keluarga kecil.
·
perubahan dalam kegiatan investasi
masyarakat, dari melakukan investasi yang tidak produktif (menumpuk emas,
membeli rumah, dan sebagainya) menjadi investasi yang produktif.
·
perubahan sikap hidup dan adat istiadat
yang terjadi kurang merangsang pembangunan ekonomi (misalnya penghargaan
terhadap waktu, penghargaan terhadap pertasi perorangan dan sebagainya).
1)
Masyakarat Tradisional
Masyarakat yang fungsi produksinya
terbatas yang ditandai oleh cara produksi yang relatif masih primitif (yang
didasarkan pada ilmu dan teknologi pra-Newton) dan cara hidup masyarakat yang
masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional, tetapi
kebiasaan tersebut telah turun temurun. Tingkat produktivitas per pekerja masih
rendah, oleh karena itu sebagian besar sumberdaya masyarakat digunakan untuk
kegiatan sektor pertanian. Dalam sektor pertanian ini, struktur sosialnya
bersifat hirarkhis yaitu mobilitas vertikal anggota masyarakat dalam struktur
sosial kemungkinannya sangat kecil. Maksudnya adalah bahwa kedudukan seseorang
dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan nenek moyangnya.
Sementara itu kegiatan politik dan
pemerintah pada masa ini digambarkan Rostow dengan adanya kenyataan bahwa
walaupun kadang-kadang terdapat sentralisasi dalam pemerintahan, tetapi pusat
kekuasaan politik di daerah-daerah berada di tangan para tuan tanah yang ada di
daerah tersebut. Kebijaksanaan pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh
pandangan para tuan tanah di daerah tersebut.
2)
Tahap Prasyarat Tinggal Landas
Tahap prasyarat tinggal landas ini
didefinisikan Rostow sebagai suatu masa transisi di mana masyarakat
mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri
(selfsustained growth). Menurut Rostow, pada tahap ini dan sesudahnya
pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis.
Tahap prasyarat tinggal landas ini
mempunyai 2 corak.
1.
Pertama adalah tahap prasyarat lepas
landas yang dialami oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika,
di mana tahap ini dicapai dengan perombakan masyarakat tradisional yang sudah
lama ada.
2.
Kedua adalah tahap prasyarat tinggal
landas yang dicapai oleh negara-negara yang born free (menurut Rostow) seperti
Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, di mana negara¬negara
tersebut mencapai tahap tinggal landas tanpa harus merombak sistem masyarakat
yang tradisional. Hal ini disebabkan oleh sifat dari masyarakat negara-negara
tersebut yang terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang
dibutuhkan oleh suatu masyarakat untuk tahap prasyarat tinggal landas.
Seperti telah diungkapkan di muka,
Rostow sangat menekankan perlunya perubahan-perubahan yang multidimensional,
karena ia talk yakin akan kebenaran pandangan yang menyatakan bahwa pembangunan
akan dapat dengan mudah diciptakan hanya jika jumlah tabungan ditingkatkan.
Menurut pendapat tersebut tingkat tabungan yang tinggi akan mengakibatkan
tiangkat investasi tinggi pula sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi yang
dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional. Namun menurut Rostow pertumbuhan
ekonomi hanya akan tercapai jika diikuti oleh perubahan-perubahan lain dalam
masyarakat. Perubahan-perubahan itulah yang akan memungkinkan terjadinya
kenaikan tabungan can penggunaan tabungan itu sebaik-baiknya.
Perubahan-perubahan yang dimaksudkan
Rostow misalnya kemampuan masyarakat untuk menggunakan ilmu pengetahuan moderen
dan membuat penemuan-penemuan baru yang bisa menurunkan biaya produksi.
Disamping itu harus ada pula orang-orang yang menggunakan penemuan baru
tersebut untuk memodernisir cara produksi dan harus didukung pula dengan adanya
kelompok masyarakat yang menciptakan tabungan dan meminjamkannya kepada
wiraswasta (entrepreneurs) yang inovatif untuk meningkatkan produksi dan
menaikkan produktivitas. Singkatnya, kenaikan investasi yang akan menciptakan
pembangunan ekonomi yang lebih cepat dari sebelumnya bukan semata-mata
tergantung kepada kenaikan tingkat tabungan, tetapi juga kepada perubahan
radikal dalam sikap masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, perubahan teknik
produksi, pengambilan resiko, dan sebagainya.
Selain hal-hal di atas, Rostow
menekankan pula bahwa kenaikan tingkat investasi hanya mungkin tercipta jika
terjadi perubahan dalam struktur ekonomi. Kemajuan di sektor pertanian,
pertambangan, dan prasarana harus terjadi bersama-sama dengan proses
peningkatan investasi. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan oleh adanya
kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan perkembangan di sektor
pertambangan.
Menurut Rostow, kemajuan sektor
pertanian mempunyai peranan penting dalam masa peralihan sebelum mencapai tahap
tinggal landas. Sementara itu pembangunan prasarana, menurut Rostow, bisa
menghabiskan sebagian besar dari dana investasi. Investasi di bidang prasarana
ini mempunyai 3 ciri yaitu tenggang waktu antara pembangunannya dan pemetikan
hasilnya (gestation period) sangat lama, pembangun¬annya harus dilakukan secara
besar-besaran sehingga memerlukan biaya yang banyak, dan manfaat pembangunannya
dirasakan oleh masyarakat banyak. Berdasarkan sifatnya ini, maka pembangunan
prasarana terutama sekali harus dilakukan pemerintah.
Selain hal-hal yang diungkapkan di atas,
Rostow juga menunjukkan bentuk perubahan dalam kepemimpinan pemerintahan dari
masyarakat yang mengalami transisi. Untuk menjamin terciptanya pembangunan yang
teratur, suatu kepemimpinan baru haruslah mempunyai sifat nasionalisme yang
reaktif (reactive nationalism) yaitu bereaksi secara positif atas
tekanan¬tekanan dari negara maju. Rostow yakin bahwa tanpa adanya tekanan atau
hinaan dari negara¬negara maju, modernisasi yang terjad Tahap Tinggal Landas
3) Tahap tinggal landas
pertumbuhan ekonomi selalu terjadi. Pada
awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti revolusi
politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya
pasar-pasar baru. Sebagai akibat dari perubahan¬perubahan tersebut secara
teratur akan tercipta inovasi-inovasi dan peningkatan investasi. Investasi yang
semakin tinggi ini akan mempercepat laju pertumbuhan pendapatan nasional dan
melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan demikian tingkat pendapatan per
kapita semakin besar.
Menurut taksiran Rostow, masa tinggal
landas di beberapa negara adalah seperti tampak pada Tabel di bawah ini.
Inggris
|
1783 - 1802
|
Industri tekstil
|
Perancis
|
1830 - 1860
|
Jaringan jalan
kereta api
|
Belgia
|
1833 - 1860
|
-
|
Amerika Serikat
|
1843 - 1860
|
Jaringan jalan
kereta api
|
Jerman
|
1850 - 1873
|
Jaringan jalan
kereta api
|
Swedia
|
1868- 1890
|
Industri kayu
|
Jepang
|
1878 - 1900
|
Industri sutera
|
Rusia
|
1890 - 1914
|
Jaringan jalan
kereta api
|
Kanada
|
1896 - 1914
|
Jaringan jalan
kereta api
|
Argentina
|
1935
|
Industri substitusi
impor
|
Turki
|
1937
|
-
|
India
|
1952
|
-
|
Cina Komunis
|
1952
|
-
|
Dari Tabel di atas bisa disimpulkan
bahwa:
·
sebagian besar negara Barat mencapai
masa tinggal landas pada abad yang lalu, kecuali Inggris, yang sudah
mencapainya seabad sebelumnya.
·
masa tinggal landas itu berkisar antara
20 - 30 tahun.
Rostow mengemukakan 3 ciri utama dan
negara-negara yang sudah mencapai masa tinggal landas yaitu:
1.
Terjadinya kenaikan investasi produktif
dari 5 persen atau kurang menjadi 10 persen dari Produk Nasional Bersih (Net
National Product= NNP).
2.
Terjadinya perkembangan satu atau
beberapa sektor industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi (leading
sectors).
3.
Terciptanya suatu kerangka dasar
politik, sosial, dan kelembagaan yang bisa menciptakan perkembangan sektor
modern dan eksternalitas ekonomi yang bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi
terus terjadi.
Di sini juga termasuk kemampuan negara
tersebut untuk mengerahkan sumber-sumber modal dalam negeri, karena kenaikan
tabungan dalam negeri peranannya besar sekali dalam menciptakan tahap lepas
landas. Inggris dan Jepang, misalnya mencapai masa tinggal landas tanpa
mengimpor modal (bantuan luar negeri) sama sekali.
Menurut Rostow perkembangan sektor
pemimpin (leading sector) berbeda¬beda untuk setiap negara. Di Inggris, tekstil
katun merupakan sektor pemimpin pada masa tinggal landasnya, sedangkan
perkembangan jaringan jalan kereta api memegang peranan yang sama di Amerika
Serikat, Perancis, Jerman, Kanada, dan Rusia. Di Swedia, sektor pemimpin adalah
industri kayu, di Jepang sutera, dan Argentina adalah industri substitusi impor
barang-barang konsumsi.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut,
Rostow mengambil kesimpulan bahwa untuk mencapai tahap tinggal landas tidak
satu sektor ekonomipun yang baku untuk semua negara yang bisa menciptakan
pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, suatu negara tertentu tidak bisa hanya
sekadar mencontoh pola perkembangan sektor pemimpin negara-negara lain. Namun
demikian, ada 4 faktor penting yang harus diperhatikan dalam menciptakan sektor
pemimpin yaitu:
·
Harus ada kemungkinan untuk perluasan
pasar bagi barang-barang yang diproduksi yang mempunyai kemungkinan untuk
berkembang dengan cepat.
·
Dalam sektor tersebut harus dikembangkan
teknik produksi yang modern dan kapasitas produksi harus bisa diperluas.
·
Harus tercipta tabungan dalam masyarakat
dan para pengusaha harus menanamkan kembali keuntungannya untuk membiayai
pembangunan sektor pemimpin.
·
Pembangunan dan transformasi teknologi
sektor pemimpin haruslah bisa menciptakan kebutuhan akan adanya perluasan
kapasitas dan modernisasi sektor-sektor lain.
4)
Tahap Menuju Kekedewasaan
Tahap menuju kedewasaan ini diartikan
Rostow sebagai masa di mana masyarakat sudah secara efektif menggunakan
teknologi moderen pada hampir semua kegiatan produksi. Pada tahap ini
sektor-sektor pemimpin baru akan muncul menggantikan sektor-sektor pemimpin lama
yang akan mengalami kemunduran. Sektor-sektor pemimpin baru ini coraknya
ditentukan oleh perkem¬bangan teknologi, kekayaan alam, sifat-sifat dari tahap
lepas landas yang terjadi, dan juga oleh kebijaksanaan pemerintah.
Dalam menganalisis karakteristik tahap
menuju ke kedewasaan, Rostow menekankan analisisnya kepada corak perubahan
sektor-sektor pemimpin di beberapa negara yang sekarang sudah maju. la juga
menunjukkan bahwa di tiap-tiap negara tersebut jenis-jenis sektor pemimpin pada
tahap sesudah tinggal landas adalah berbeda dengan yang ada pada tahap tinggal
landas. Di Inggris, misalnya, industri tekstil yang telah mempelopori
pembangunan pada tahap tinggal landas telah digantikan oleh industri besi, batu
bara dan peralatan teknik berat. Sedangkan di Amerika Serikat, Perancis, dan
Jerman di mana pembangunanjaringanjalan kereta api memegang peranan penting
pada tahap tinggal landas, telah digantikan oleh industri baja dan industri
peralatan berat pada tahap menuju ke kedewasaan.
Selanjutnya Rostow mengemukakan pula
karakteristik non-ekonomis dari masyarakat yang teiah mencapai tahap menuju ke
kedewasaan sebagai berikut:
·
Struktur dan keahlian tenaga kerja
mengalami perubahan. Peranan sektor industri semakin penting, sedangkan sektor
pertanian menurun.
·
Sifat kepemimpinan dalam perusahaan
mengalami perubahan. Peranan manajer professional semakin penting dan
menggantikan kedudukan pengusaha-pemilik.
·
Kritik-kritik terhadap industrialisasi
mulai muncul sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap dampak industrialisasi.
5)
Tahap Konsumsi Tinggi
Tahap konsumsi tinggi ini merupakan
tahap terakhir dari teori pembangunan ekonomi Rostow. Pada tahap ini
perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan
dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada masalah
produksi.
Pada tahap ini ada 3 macam tujuan
masyarakat (negara) yaitu:
1.
Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke
luar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir pada penjajahan terhadap bangsa
lain.
2.
Menciptakan negara kesejahteraan
(welfare state) dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang
lebih merata melalui sistem pajak yang progresif.
3.
Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi
kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan) menjadi meliputi pula
barang-barang konsumsi tahan lama dan barang-barang mewah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar